Senin, 15 Maret 2010

Marhaban

Warga Nahdliyin , ijinkan kami seluruh awak redaksi menyapa anda melalui kehadiran media Blog ini. Lewat sapa hangat ini, kami berharap segenap jajaran PCNU dan Nahdliyin semua dimanapun berada selalu dalam lindungan Allah SWT dan selalu sukses dalam menjalankan aktivitasnya.

Pembaca yang budiman, perlu kiranya dimaklumi pada edisi perdana ini masih banyak kekurangan dan kesalahan baik yang disengaja ataupun tak disengaja. Kami berharap kehadiran Blog ini dapat menjadi media informasi dan komunikasi antara pengurus dan warga nahdliyin. Insya Allah kami akan hadir terus menerus untuk menyapa dan menginformasikan berbagai kebijakan dan kegiatan NU. Perlu kami sampaikan pada edisi perdana ini rubriknya masih terbatas dan materi berkisar tentang kepemimpin baru NU Sumedang sebagai focus liputan dan informasi lainnya. Kami juga membuka kesempatan kepada pembaca yang ingin mengirimkan artikel dan tulisan lainnya bisa langsung ke secretariat redaksi atau melalui email.
Dari redaksi kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada KH.Sa'duloh selaku ketua Tanfidziyah dan K. Aceng Muhyi selaku Sekertaris yang selalu mendorong dan membantu terwujudnya bulletin ini. Juga buat sahabat sahabat yang telah mendukung dan membantu untuk meramu dan meracik Blog ini. Akhirnya,melalui edisi perdana ini kami berharap banyaknya masukan yang positif demi kesempurnaan isi dan bentuk Blog agar senantiasa mampu memenuhi kebutuhan dan harapan pembaca. Selamat membaca.

Maulid Nabi

Peringatan Maulid Nabi PCNU Sumedang

Hari : Selasa
Tanggal : 16 Maret 2010
Waktu : pukul 10.00 WIB s.d selesai
Tempat Mushola PCNU Sumedang

Syuriah PCNU

Kita selaku pengurus harus melaksanakan amanat hasil Konfersi Cabang NU, juga melakukan konsolidasi baik kedalam maupun keluar, dan sikapi AD/ART. Dengan konsolidasi kita akan mengetahui kekuatan NU yang sebenarnya, juga akan semakin merekatkan diantara lingkungan kepengurusan dan warga nahdliyin di kabupaten Sumedang. Secara struktur pembentukannya kemarin sudah sampai kesemua tingkat desa, tinggal pembenahan dan reorganisasi karena mungkin saja di tingkat bawah ada yang masa baktinya sudah habis. Selanjutnya kita bina dulu ke dalam, nanti baru sosial dengan lingkungan yang lain

Adapun dalam rangka mencapai kekuatan intern secara cepat, kekompakan harus dijaga, selain itu laksanakan tugas sesuai peran masing-masing. Karena dalam kepengurusan tersebut, ada Suriah ada Tanfidziyah, kewenangannya di atur dalam AD/ART. Sehingga dalam pelaksanaannya komunikasi antara keduanya harus tetap terjaga. Karena di beberapa daerah sering adanya miskomunikasi antar pengurus dan itu yang harus dihindari oleh PCNU Sumedang. Kemudian jika hubungannya dengan sebuah kebijakan menjadi tanggungjawab bersama antara Suriyah dan Tanfidziyah, sedangkan sifatnya program itu menjadi ranahnya tanfidziyah. Karena jika ada kebijakan yang dianggap menyalahi AD/ART Suriyah bisa membatalkan.

Ketua Tanfidziah

Prioritas dalam kepemimpinan saat ini mewujudkan harapan warga NU Sumedang yakni memiliki gedung sendiri, sehingga dalam kurun 5 tahun ke depan keinginan itu tercapai. Disamping itu pembenahan organisasi baik di tingkat cabang yakni PC,lembaga,lajnah dan Banom agar sinergi untuk kemajuan NU, Juga konsolidasi dan pembinaan ke MWC serta steak holder lainnya. NU di Sumedang akan semakin baik dan berperan. “Beberapa modal dasar yang sudah ada saat ini, seperti sekolah-sekolah di bawah Ma'arif, mulai SD/MI sampai SLTA di Sumedang, ada sekitar 47 sekolah. Selain itu, pengkaderan di pesantren-pesantren juga kelihatan kuat. Sedangkan keluar lebih kepada memperjelas dan mempertegas perannya yang selama ini kurang kelihatan, NU secara institusional berkewajiban secara moral untuk meluruskan kebijakan-kebijakan yang kurang maslahat bagi rakyatnya dan mendukung secara penuh bila kebijakan itu untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Pelantikan PCNU Sumedang













Tahlil Buat Gusdur




Mabadi Khaira Ummah

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.(QS. Ali Imran [3]:110)

Sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan Khaira Ummah adalah mereka yang hijrah dari Mekah ke Madinah dan mereka yang ikut perang Badar serta ikut rombongan Nabi ke Hudaibiyah, sebagaimana dikemukakan oleh Ibnu Abbas. Dan sebagian lagi berpendapat bahwa mereka yang dimaksud itu adalah umat Islam periode pertama.

Jika ditelaah lebih mendalam, nyatalah bahwa prinsip-prinsip dasar yang terkandung dalam Mabadi Khaira Ummah tersebut memang amat relevan dengan dimensi personal dalam pembinaan manejemen organisasi, baik organisasi usaha (bisnis) maupun organisasi sosial. Manajemen organisasi yang baik membutuhkan sumber daya manusia yang tidak saja terampil, tetapi juga berkarakter terpuji dan bertanggung jawab. Pembangkitan kembali gerakan Mabadi Khaira Ummah dipandang penting bagi keberlangsungan organisasi NU dan pembibitan kader unggulan yang siap berkiprah aktif dalam mengikhtiyarkan kemashlahatan umat, bangsa dan negara pada umumnya.

Para ulama NU bersepakat untuk menjadi umat terbaik dalam konteks kekinian ada nilai-nilai yang harus dipegang dan dijalankan yaitu ; As-Shidqu mengandung arti kejujuran/kebenaran, kesungguhan dan keterbukaan,al-amanah dan al-wafa'bil 'ahdi. Yang pertama secara lebih umum maliputi semua beban yang harus dilaksanakan, baik ada perjanjian maupun tidak, sedang yang disebut belakangan hanya berkaitan dengan perjanjian. Kedua istilah ini digambungkan untuk memperoleh satu kesatuan pengertian yang meliputi: dapat dipercaya, setia dan tepat janji. Dapat dipercaya adalah sifat yang diletakkan pada seseorang yang dapat melaksanakan semua tugas yang dipikulnya, baik yang bersifat diniyah maupun ijtima'iyyah,Bersikap adil (al'adalah) mengandung pengertian obyektif, proposional dan taat asas,At-ta'awun merupakan sendi utama dalam tata kehidupan masyarakat : manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan pihak lain dan Istiqamah mengandung pengertian ajeg-jejeg, berkesinambungan, dan berkelanjutan. (Sumber,PP Lakpesdam NU)

Pondok Pesantren Al-falah Jatinangor

Pesantren yang terletak di bagian barat Kabupaten Sumedang sampai saat ini masih eksis dan semakin berkembang. Secara geografis pesantren ini terletak di kecamatan Jatinangor dibawah kaki gunung manglayang Suasana sejuk selalu menyelimuti kawasan tersebut,membuat betah para santri untuk terus belajar.

Hiruk pikuk kawasan Jatinangor sebagai pusat pendidikan dan bisnis tidak menjadikan kegiatan dakwah pesantren menjadi terhenti. Pesantren Al Falah berdiri pada tahun 1986, bermula dari pengajian kitab kuning yang diikuti beberapa orang saja, yang dibimbing oleh KH. A. Dimyati (alm) dan KH. A. Furqon,bertempat di serambi masjid Al-Falah di lingkungan Desa Cileles. Seiring waktu jumlah jemaah pengajian semakin bertambah dan terbentuklah sebuah Pesantren dengan dipimpin oleh KH. A.Furqon. Figur kiai yang sederhana dan berwawasan luas menjadi cukup disegani oleh masyarakat cileles. Ajengan juga cukup dikenal luas dikalangan nahdliyin seiring pengabdian di jamiyah Nahdlatul Ulama Sumedang.

Tuntutan zaman dan kebutuhan akan pendidikan semakin tingggi, maka untuk mengayomi dan memenuhi tuntutan masyarakat untuk lebih mengorganisir kegiatan pesantren ini agar berjalan lebih maksimal dalam menyebarkan ajaran-ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jamaah, maka pada tahun 1989 dibentuklah Yayasan Pendidikkan Al-Falah.

Selain pengajian kitab kuning (kitab klasik NU), Pondok Pesantren Al-Falah juga membuka system pendidikan formal Madrasah Ibtidaiyah (setingkat SD) tahun 1971, Madrasah Tsanawiyah (setingkat SMP) tahun 1996, dan SMA pada tahun 2006, dan PAUD (pendidikan anak Usia Dini) tahun 2008.

Kurikulum formal yang digunakan di Pontren Al-Falah menggunakan kurikulum Departemen Agama dan Departemen Pendidikan Nasional, dengan proses belajar mengajar dilaksanakan pada pagi hari hingga siang hari (untuk pendidikan formal), sore hingga malam hari (untuk pengajian halaqoh/ Madrasah Diniyah).
Jumlah pendidik untuk semua jenjang pendidikan berjumlah 53 orang ustadz dan ustadzah dari berbagai disiplin ilmu.

Kemudian untuk pengajian halaqoh dibimbing langsung oleh kiai dan putra beliau K. Aceng Muhyi, S.Ag (Sekretaris PCNU Sumedang) beserta beberapa ustadz lainnya . Kitab-kitab yang dikaji antara lain fathul Qorib, Ta'lim muta'alim, Alfiyah, tafsir jalalain, Ihya Ulumuddin, dan kitab klasik lainnya.

Jadikan Organisasi NU Benar-benar Kembali ke Khithah NU Tahun 1926

Drs.H. Ilih Permana,MM
Kepala Kantor Kementrian Agama SumedangB

agaimana Bapak melihat potensi NU Sumedang?
Potensi yang dimiliki oleh warga Nahdlatul Ulama (Nahdliyyin) lebih besar daripada yang selama ini tergarap oleh PCNU. PCNU diharapkan mampu mengelola semua itu melalui tata organisasi dan
Ketatalaksanaan program NU ke arah yang lebih baik. Perkembangan yang terus terjadi di luar lebih cepat dari pada pembenahan tata keorganisasian PCNU sendiri. Ada kesenjangan paradigmatik antara NU dengan warganya sehingga program yang dijalankan sering tidak nyambu ng,yang dianggap penting oleh pengurus tidak dianggap penting oleh warga nahdliyyin itu sendiri,contoh paling nyata adalah keterlibatan NU dalam momen - momen politik. Melihat kepengurusan di Tanfidziyah didominasi anak-anak muda, ini sebenarnya peluang yang sangat besar sekali, bila dikelola dan ditata dengan baik dan benar, pengurus NU dapat merespon masukan-masukan dari sesepuh, warga Nahdiyyin dan mitra kerja yang bisa memberikan dukungan baik moril maupun materiil.

Sebagai pimpinan di Kantor Kementrian Agama Sumedang, bagaimana memposisikan NU sebagai mitra pemerintah?
NU dan Ormas Islam lainnya adalah mitra pemerintah, dalam hal ini yang lebih dekat adalah Kementerian Agama, karena sejarah membuktikan bahwa lahirnya Kementerian Agama tidak luput dari perjuangan para ulama-ulama dari seluruh ormas Islam pada khususnya. Kesemuanya itu adalah tanggung jawab pemerintah dalam membinanya, yang salah satunya Kementrian Agama yang secara khusus membina, membimbing dan mengarahkannya ke arah yang lebih baik menurut syariat Islam.

Untuk lebih mempercepat proses PCNU ke-arah yang lebih baik secara organisasi,apa saran yang dapat Bapak berikan?
Agar PCNU Kabupaten Sumedang benar-benar eksis di tengah-tengah kehidupan masyarakat khususnya warga Nahdliyyin,program-programnya harus yang berbasis pro warga nahdliyyin secara menyeluruh, dalam menjalankan roda organisasi NU, pengurus agar benar-benar bisa menjalankan amanah konstitusi yang dihasilkan berdasarkan hasil Konferensi Cabang serta mengacu kepada ketetapan hasil muktamar NU dapat dilaksanakan secara berkesinambungan, Jadikan Organisasi NU benar-benar kembali ke Khithah NU tahun 1926, tidak berafiliasi dengan salah satu partai politik, tapi jadilah Organisasi yang mampu bermitra dengan Pemerintah,agar dalam perkembangannya NU lebih banyak disenangi oleh berbagai kalangan, sehingga NU benar-benar menjadi uswah hasanah bagi semuanya.

Ma’arif Gerbang Pendidikan NU

Salah satu lembaga primadona di lingkungan Nahdlatul Ulama adalah LP Ma'arif NU, lembaga ini cukup berperan besar dalam mengenalkan NU di tengah masyarakat dan berkiprah di masyarakat melalui satuan satuan pendidikan yang dimilikinya. Saat ini jaringan sekolah yang dimiliki sekitar 24 sekolah dan madrasah dengan tenaga pendidik sekitar 453 orang yang tersebar di berbagai wilayah di kabupaten Sumedang. Dengan potensi yang besar ini, kepengurusan baru dibawah pimpinan Drs. Rahmat Hidayat ingin memaksimalkan perannya guna mencapai tujuan lembaga.

Sebagai lembaga di lingkungan NU yang mendapatkan mandat dalam bidang pendidikan telah menetapkan visi,misi dan tujuan. LP Ma'arif mempunyai visi menjadi pusat pengembangan pendidikan yang mandiri, unggul dan professional dalam bingkai akhlisunah wal jamaah dan diturunkan dalam bentuk misi yang harus dicapai. Misi LP Ma'arif NU antara lain sebagai penyelenggara pendidikan yang memiliki satuan satuan pendidikan berkualitas, berpretasi dan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dengan kelengkapan perangkat pendidikan yang maksimal disertai manajemen yang baik. Bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan pendidikan Nahdlatul Ulama yang memberikan pelayanan organisasi terhadapa elemen-elemen NU lainnya maupun lembaga atau badan hukum yang didirikan jama'ah. Mengantarkan madrasah, sekolah dan perguruan tinggi menjadi wahana pembukuan siswa,mahasiswa yag menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki keterampilan dan akhlakul karimah dalam bingkai ajaran ahlussunah wal jama'ah.

Menciptakan dinamika pendidikan yang memiliki daya perekat masyarakat nahdliyin yang berada pada kelompok organisasi, ormas dan parpol yang berbeda beda dengan kesamaan identitas nilai dan norma keagamaan dan mengendalikan mutu penyelenggaraan dan mutu lulusan pendidikan dari setiap satuan pendidikan di lingkungan Nahdlatul Ulama. Sedangkan tujuan didirikan LP Ma'arif sendiri untuk mengembangkan potensi manusia agar dapat menguasai dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi berlandaskan keimanan dan ketaqwaan kepada allah SWT,serta berakhlakul karimah.

Dari visi,misi dan tujuan lembaga, pengurus LP Ma'arif NU Kabupaten Sumedang telah menetapkan beberapa program unggulan guna mencapai ketiga variable tersebut. Langkah langkah tersebut pertama konsolidasi kepengurusan cabang,kedua memperkuat pendanaan organisasi,ketiga menyempurnakan data base satuan pendidikan dan pengembangan satuan pendidikan media informasi dan komunikasi,keempat mempertegas identitas satuan pendidikan ma'arif,kelima meningkatkan kualitas pendidikan dan terakhir meningkatkan hubungan dan jaringan internasional.

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

Ma'asyiral muslimin sidang Jum'at rahimakumullah

Di bulan Rabi'ul Awwal yang lebih dikenal dengan bulan maulid atau bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW, tepatnya tanggal 12 rabi'ul awwal, biasanya kaum muslimin merayakan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, baik dirumah dengan mengundang tetangga dan handai taulan. Atau diadakan oleh lembaga, organisasi, masyarakat kampung dengan bentuk pengajian umum dan ceramah, ada juga dengan bakti sosial, khitanan masal, dan bentuk amal-amal sholeh yang lain.

Yang menjadi pertanyaan, pernakah nabi Muhammad merayakan peringatan maulidnya? Dan sejak kapankah diadakan dan untuk apa? Lalu bagaimana hukumnya mengadakan peringatan mauled Nabi Muhammad SAW? Jika menelusuri sejarah, ternyata Nabi Muhammad SAW belum pernah merayakan hari ulang tahunnya dengan upacara dan acara. Rasulullah memperingati kelahirannya dengan berpusa. Suatu ketika Nabi Muhammad ditanya: ”Wahai rasul, mengapa engkau berpuasa hari Senin?” Rasul menjawab: “Pada hari Senin itu aku dilahirkan.” Dengan demikian Nabi Muhammad merayakannya denga puasa yang kemudian di masyarakat kita dikenal dengan puasa weton (puasa kelahiran). Namun sejarah tidak pernah mencatat Rasulullah merayakan maulid dengan mengundang orang lain untuk bacaan shalawat, untu bacaan berberzanjian, dibaan dan pengajian umum.
Nah, apakah kalau Nabi Muhammad SAW sahabat tidak pernah mengadakan peringatan maulid ini berarti mengada-ngada, dan apakah termasuk bid'ah?

Ma'asyiral muslimin sidang Jum'at rahimakumullah

Mari kita mengkaji hukum peringatan mauled Nabi Muhammad SAW. Dalam sebuah kitab yang ditulis oleh Imam Jalaluddin as-Suyuthi yang berjudul Husnul Maqasid fil Amal al-Mawalid. Beliau menjelaskan bahwa di zaman Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin memang belum diadakan peringatan dalam bentuk upacara, shalawatan dan pengajian tentang maulid Nabi, sehingga ada sebagian kaum muslimin yang tidak mau memperingati kelahiran dengan bentuk upacara itu.

Jadi, kapan peringatan kelahiran Nabi ini mulai dilaksanakan?
Sejarah menyebutkan bahwa sejak Islam berjaya dengan menaklukan romawi, Persia bahkan Eropa, banyaklah orang non muslim masuk Islam, termasuk orang-orang salib dari Eropa. Baik karena sukarela ataupun karena terpaksa. Hal ini menimbulkan dendam kaum Nasrani, akhirnya mereka membalas dendam dengan menjajah Timur Tengah. Maka berkobarlah perang salib. Kaum kafir membunuh orang islam, merampas kekayaan, dijauhkan dari Islamnya, dijauhkan dari Nabinya, dijauhkan dari sejarah kejayaan Islam. Yang ditampilkan oleh penjajah di hadapan kaum muslimin adalah tokoh-tokoh kafir, tokoh-tokoh fiktif sehingga rusaklah moral anak-anak muda, hancurlah kejayaan kaum muslimin, hilang keteladanan, hingga tidak kenla kehebatan Islam.

Melihat kondisi umat yang terpuruk dan semakin jauh dari Islam, serta tidak punya semangat memperjuangkan agamanya, para ulama' dan tokoh Islam mencari solusi bagaimana membangkitkan keislaman kaum muslimin dan melepaskan diri dari cengkraman tentara salib.
Di antaranya seorang raja yaitu Al-Malik Mudhaffaruddin (Raja Himsiyyah), mengundang para ulama' dan masayikh ke istana untuk bermusyawarah, bagaimana membangkitkan semangat umat Islam, membebaskan diri dari penjajah, serta menanamkan kecintaan anak muda dan muslimin kepada Rasulullah, sehingga mau menteladani beliau.

Dari musyawarah ulama tersebut akhirnya ada yang mengusulkan agar diadakan peringatan peristiwa bersejarah dalam Islam, diantaranya dengan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, yang kemudian dikampanyekan dengan besar-besaran, mengundang para penyair agar menulis syair pujian kepada Nabi, serta para ulama dan mubaligh yang bertugas menceritakan sejarah Nabi.

Al-Malik Mudhaffaruddin menanggapi usulan ini dengan antusias. Tetapi ada yang tidak setuju, dengan alasan kerena peringatan seperti itu tidak pernah dikerjakan oleh Nabi, dan itu berarti itu bid'ah.

Menanangapi ketidak setujuan mereka, akhirnya dijawab oleh ulama' yang hadir, bahwa dalam penjelasan tentang bid'ah itu tidak semua sesat. Menurut Imam al-Iz Abdussalam, Ibnu Atsar menjelaskan bahwa ada bid'ah dholalah dan bid'ah hasanah. Bid'ah dholalah (sesat) adalah bid'ah yang tidak ada dasar hukummnya dan tidak ada perintah sama sekali dari syariat, sedangkan bid'ah hasanah adala suatu amalan yang dasar perintahnya sudah ada dari Rasulullah, namun teknisnya tidak diatur langsung dan itu bukan temasuk ibadah mahdah muqayyadah (ibadah murni yang telah ditentukan tata caranya).

Ma'asyiral muslimin sidang Jum'at rahimakumullah

Peringatan Maulid Nabi yang diisi dengan pembacaan shalawat kepada Rasul, pengajian umum, ceramah tentang kesadaran terhadap islam, membaca sejarah Nabi, amal saleh, bakti sosial, khitanan massal dan lain-lain itu merupakan ibadah mutlaqah ghairu muqayadah atau ibadah yang mutlaq dan tidak terikat tata caranya dimana perintahnya ada sedangakan pelaksanaannya terserah kita.

Maka dengan demikian mengadakan peringatan Maulid Nabi yang diisi dengan pembacaan shlawat, pengajian umum dan perbuatan yang baik bukan termasuk bid'ah dlalalah, tapi tapi merupakan amrum muhtasan, yaitu “sesuatu yang dianggap baik” dan kalau kalau dilakukan secara ikhlas karena Allah maka akan mendapatka pahala dari Allah SWT.

Demikian juga Sayyid Alwi Al-Maliki al-Hasani menjelaskan dalam kitab Mukhtashar Sirah Nabawiayah: “Bahwa memperingati Maulid Nabi bukan bid'ah dlalalah, tapi sesuatu yang baik”.
Ma'asyiral muslimin sidang Jum'at rahimakumullah
Akhirnya para ulama yang hadir bersama Al-Malik Mudhaffaruddin dalam pertemuan itu memutuskan bahwa peringatan Maulid Nabi Muhammad itu boleh. Kemudian Al-Malik Mudhafar sendiri langsung menyumbang 100 ekor unta dan sekian ton gandum untuk mengadakan peringatan maulid Nabi muhammad SAW. Setiap daerah diundang penyair untuk membuat syair pujian dan shalawat kepada Nabi muhammad. Kitab-kitab yang tersisa hingga sekarang di antaranya yang dikarang oleh Syeikh al-Barzanji dan Syeikh Addiba'i.

Ternyata dengan diadakannya peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ini sangat efektif untuk menyadarkan kaum Muslimin cinta kepada Rasul, sehingga seorang pemuda bernama Shalahudin Al-ayyubi menggalang anak-anak muda, dilatih fisiknya, disadarkan cinta Rasul, diajak membebaskan diri dari penjajahan tentara salib. Akhirnya, laskar Islam bersama panglima Shalahudin al-Ayyubi, bisa memenangkan perang salib pada tahun 580 H. Sejak tahun itulah peringatan Maulid Nabi SAW diadakan oleh negara muslim lainnya.

Mudah-mudahan dengan peringatan Maulid Nabi hati kita semakin cinta kepada Rasulullah SAW. Dengan cinta kepada Rasulullah kita akan melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya dan kita termasuk orang yang menghidupkan sunnah Rasulullah SAW. Sebagaimana sabda beliau yang artinya: “Orang-orang yang telah menghidupkan sunnahku maka dia berarti cinta kepadaku, dan orang-orang yang cinta padaku nanti akan bersamaku disurga.”

Semoga kita dikumpulkan bersama Rasulullah SAW kelak disurga nanti. Amiin, ya rabbal alamin.

K.H M. Aliyudin , Sosok Ajengan Yang Bersahaja

Siapa yang tidak mengenal sosok kiyai yang satu ini, khususnya di kalangan warga nahdliyin Sumedang. Jejak langkahnya dalam menjaga dan membesarkan NU, tidak diragukan lagi. Kiai ali adalah pribadi yang ramah, sederhana dan bersahaja juga gemar melakukan riyadlah.

Ajengan yang lahir di sumedang pada 1 Desember 1942 sekitar 3 tahun menjelang kemerdekaan RI, sejak kecil sudah didik dengan lingkungan yang agamis. Setelah lulus SR beliau langsung dikirim ke pesantren Ciwaringin dan melanjutkan ke pondok pesantren lirboyo yang pada waktu di pimpin Al Magfurlloh KH. Mahrus Ali dan KH. Marzuki Dahlan, selain mesantren beliau juga mengikuti sekolah formal.

Pulang dari pesantren beliau kembali ke kampung halaman dan mulai mengabdikan diri untuk masyarakat dengan bekal ilmu yang sudah diperoleh selama belajar di pesantren dan sekolah. Sejak Tahun 1969 mulai mengaktipkan diri di organisasi Jamiyah Nahdlatul Ulama sebagai ketua Tanfidziyah dan sampai saat ini beliau tetap cinta dan mengabdikan diri untuk kebesaran NU. Untuk memperluas dakwah beliau mendirikan Pondok Pesantren Al Hikamussalafiyah sekaligus menjadi pengasuhnya sampai saat ini. Suami dari Hj. O Rodiah ini dikarunia putra dan putri sebanyak sembilan orang dan didik menjadi generasi islami penerus perjuangan Islam dan NU. Pesantren Alhikamussalafiyah semakin besar dengan didukung oleh sekolah formal MTS dan Madrasah Aliyah, RA, Kopontren dan Balai Latihan Kerja Santri.

Kepemimpinan Baru NU Sumedang Menuju Organisasi yang kuat dan mandiri

Nahdlatul Ulama didirikan pada 16 Rajab 1344H/31 Januari 1926 dengan tujuan untuk memelihara, melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam yang berhaluan ahlussunah wal jamaah dan menganut salah satu madzhab yang empat yakni Imam Abu Hanifah,Imam Malik,Imam Syafiii dan Imam Ahmad bin Hambal ;serta mempersatukan langkah para ulama dan pengikut pengikutnya dalam melakukan kegiatan kegiatannya yang bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan masyarakat, kemajuan bangsa dan ketinggian harkat dan martabat manusia. Organisasi ini didirikan oleh para ulama kharismatik yakni Hadratussyekh Hasyim Asy'ari,KH Wahab Hasbulah,KH Bisri sansuri dan banyak ulama lainnya.

Nahdlatul Ulama sejak semula meyakini bahwa persatuan dan kesatuan para ulama dan pengikutnya akan melahirkan gerakan dibidang pendidikan,dakwah,social dan ekonomi yang itu semua berkaitan erat untuk merubah masyarakat yang terbelakang,bodoh dan miskin menjadi masyarakat yang maju,sejahtera dan berakhlak mulia. Pilihan kegiatan Nahdlatul ulama tersebut sekaligus menumbuh kembangkan sikap partisipatif dan akan membawa masyarakat kepada kehidupan yang maslahat. Namun pada perkembangannya NU telah melakukan berbagai lompatan dari organisasi masyarakat menjadi organisasi politik pada tahun 1955 dan kembali lagi menjadi organisasi masyarakat setelah muktamar ke 27 pada tahun 1984 di Situbondo di kenal dengan Khitah NU. Khittah 1926 telah melahirkan sebuah gerakan masyarakat yang berdampak positif bagi kemajuan NU. Kembali kepada sosial keagamaan, pentingnya peran ulama sebagai perekat persatuan umat, Ahlussunah waljamaah sebagai asas perjuangan.

Perkembangan NU tingkat nasional tentu berimbas pada kepengurusan NU di bawah, dikabupaten sumedang NU mengalami pasang surut kepemimpinan dan zaman yang berbeda.
Dengan kepemimpinan baru NU sumedang yang memadukan semangat orang tua dan pekerja keras anak muda akan mewujudkan kepemimpinan ideal bagi perkembangan organisasi. Banyak hal yang harus dilakukan guna mewujudkan cita cita para ulama pendiri NU dan pengikutnya, sehingga diperlukan kesolidan pengurus. Tantangan dan persoalan ke depan semakin berat, sehingga diperlukan terobosan program yang mampu menyentuh kebutuhan nahdliyin dan umat pada umumnya.

Tanggung jawab pengelolaan NU bukan oleh ketua dan sekertaris saja, akan tetapi oleh semua orang yang sudah masuk dalam struktur kepengurusan periode 2009 2014 sesuai Surat Keputusan PBNU.

blogger templates | Make Money Online